Recent Videos

Selasa, 05 Juli 2011

Buku “HOW TO BECOME A CAMERAMAN”

Oleh Diki Umbara
Berawal dari sebuah pemikiran pada ketersediaan buku-buku mengenai dunia broadcasting yang tidak sebanding dengan perkembangan dunia pendidikan, penulis tergugah untuk membagi pengetahuan dan pengalaman yang telah penulis peroleh selama menjadi praktisi maupun setelah menjadi pengajar di bidang broadcasting. Sebuah ironi bahwa para mahasiswa dan siswa susah untuk menemukan buku-buku yang dipakai sebagai literatur maupun sebagai landasan penulisan ilmiah. Semua buku yang ada kebanyakan masih berbahasa Inggris dengan kemampuan berbahasa Inggris yang berbeda-beda pemahaman tentang pengetahuan tentang dunia broadcast ditangkap dalam kondisi yang kurang sempurna.
Buku hanyalah buku, ilmu hanyalah ilmu itu juga yang menyebabkan dunia broadcast kita semakin tidak jelas. Beragam “kiblat” baik yang Eropa, Jepang dan Amerika menjadikan bahasa, sistem dan model pertelevisian kita beragam. Ditambah lagi mindset para broadcaster dan calon broadcaster yang selalu berfikiran bahwa pengalaman lapangan adalah yang terpenting. Sebuah pengalaman akan lebih baik jika dilandasi dengan sebuah pendidikan yang menjadikan semuanya lebih tersistem, berjalan dengan efektif serta memperkecil resiko yang terjadi di lapangan. Sebuah perhatian kita bersama para broadcaster dan para pengajar untuk memperbaiki dan menjadikan broadcasting kita menjadi semakin Indonesia.
Teknologi broadcasting televisi nampaknya akan terus berkembang, era digital telah merubah segalanya. Dengan kemajuan teknologi kini memungkinkan hampir semua kamera memiliki kontrol otomatis, maka siapapun yang menggunakan kamera video akan sangat mudah untuk mengoperasikannya. Jadi mengapa seorang calon cameraman harus memiliki pengetahuan tehnik kamera ?
Ada beberapa alasan mendasar mengapa anda harus mempelajari ”Teori dan Tehnik Kamera” :
  • Pengetahuan Operasional
  • Artistik
  • Kualitas Gambar
  • Koordinasi
Secara garis besar di dalam buku ini dibahas dalam dua bahasan pokok masalah, yakni teknis dan philosofis. Pengetahuan teknis merupakan bagian dari pengetahuan operasional yang harus dimiliki oleh seorang calon cameraman. Pengetahuan operasional akan berkaitan dengan bagaimana menggunakan kamera dengan segala fasilitas yang tersedia pada kamera tersebut.
Tidak seperti halnya pengetahuan operasional, pemahaman philosopis seorang cameraman dituntut agar bisa menghasilkan gambar yang baik, yakni yang bisa menyampaikan pesan atau gagasan yang ingin disampaikan pada para penonton. Gambar tersebut tidak hanya berurusan dengan teknis mekanis dan artistis saja, karena apapun yang ditampilkan di layar televisi atau bioskop akan selalu dimaknai penonton. Dengan demikian ada juga bahasan semiotika film dan televisi. Penata kamera dan teknis kamera tidak berdiri sendiri, ini merupakan bagian dari sebuah produksi acara televisi maupun film. Maka di dalam buku ini dibahas mengenai proses produksi acara televisi dibuat satu dalam Bab tersendiri.
Tata cahaya sebagai bagian penting dalam produksi juga dibahas dalam bab tersendiri. Selain alasan ini, seorang penata kamera juga harus memahami tata cahaya. Tentang tata cahaya dibahas pada Bab Cahaya dan Pencahayaan. Demikian juga dengan tata suara, seorang penata kamera harus memahami tentang tata suara/audio baik secara teknis maupun teoritis. Maka bahasan tentang tata suara juga dibahas dalam Bab tersendiri. Pada Bab akhir di buku ini diberikan suplemen Tips & Triks yakni kiat-kiat menjadi penata kamera menurut para praktisi kamera.

How to Become a Cameraman
  • Judul          : How to Become a Cameraman
  • Penulis      : Diki Umbara & Wahyu Wary
  • Penerbit    : Interprebook
  • Halaman   : 271
  • Harga         : Rp.42.000

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More